December 28, 2010

sekolah itu anugerah

Setelah kemari sempat mencicipi bagaimana mengajar anak-anak di daerah Wonogiri. Sekarang giliran sekolahan daerah Kulonprogo yang akan kami singgahi..

Waktu itu aku diajak mengajar di sebuah sekolah menengah atas yang kecil di daerah Kalibawang Kulonprogo. Awalnya aku sudah dikasih tahu kalau sekolahnya tidak sebagus sekolahan pada umumnya. Malah cenderung seperti sekolah pinggiran di sebuah desa kecil. "Ra papa penting makarya.",pikirku lagipula aku tetap senang bertemu dengan siswa siswi baru walaupun berasal dari sekolah yang seperti apapun. Karena aku bakalan punya banyak cerita baru dengan siswa dari setiap sekolahan yang aku kunjungi. Walaupun terkadang mereka sangat menjengkelkan dan sedikit tidak menghargai apa yang aku jelaskan buat mereka.


Ketika kami hampir sampai disekolah itu, jalannya berkelok-kelok, naik turun, tapi punya banyak pemandangan sawah yang bagus dan ada beberapa perkebunan buah naga di sekelilingnya.
Woow..rasanya bukan seperti mau mengajar waktu itu, lebih tepatnya wisata alam.


Setelah sampai di gerbang sekolahan tersebut, gedung sekolahnya ternyata memang tidak terlalu besar, lokasinya pun di tengah sawah dan di kelilingi bukit-bukit besar. Sepi banget waktu itu karena rombongan kami datang terlalu pagi jadi aku sempat melihat dan mengamati banyak hal di sekolah tersebut. Tentang tata sekolahnya, kebersihannya, pemeliharaan kelas serta kondisi kelasnya bahkan sampai mengamati lapangan basketnya.
hehehhe..aku sudah berasa jadi tim audit sekolah.
Setelah kami transit di ruang kepala sekolah, aku duduk sebentar tapi mataku masih berkeliling..
Tidak ada seorang gurupun atau staf yang ada waktu itu jadi mataku bebas melihat-lihat tanpa harus merasa canggung..
Melihat daftar nama guru dan jabatannya hingga pendidikan akhirnya, piala-piala yang dipajang di dalam sebuah lemari kayu kecil dan juga kalender akademik di ruangan tersebut.
Ruangan yang kecil dan sangat sederhana untuk ukuran seorang kepala sekolah.


Jumlah siswa yang akan kami ajar saat itu hanya sedikit, Hanya ada 2 kelas, kelas IPA dan IPS.
Aku sempat menanyakan kenapa yang ikut try out UAN hanya sedikit? Anak IPA berjumlah 18orang dan anak IPS hanya sekitar 17 orang? Ternyata di sekolah menengah atas tersebut memang mereka hanya mempunyai siswa yang terbatas. Disekolah tersebutpun hanya ada satu kelas untuk IPA dan dua kelas untuk anak IPS.


Aku ga bisa mungkir kalau waktu itu aku sempat membandingkan dengan SMA-ku dulu. Yang terkenal di kotaku, punya nama besar, muridnya juga banyak, gedungnya standar dan bersih, banyak prestasi yang pernah didapat, fasilitas yang cukup bahkan sekarang ada hot spot areanya. Dulu ketika aku ditanya dari sekolah mana, aku bisa mengangkat kepalaku dengan sedikit sombong. Tapi sekolah yang aku hadapi sekarang jauh berbeda dengan sekolahku dulu. Aku merasa sangat bersyukur bisa sekolah di sekolahan seperti SMA-ku dulu, yah..walaupun aku juga bukan lulusan terbaiknya.


Tapi waktu itu aku juga menjadi sangat penasaran dengan murid-muridnya. Seperti apa kemampuan dan daya tangkap mereka. Aku sempat kaget ketika memasuki ruangan kelas yang dipakai untuk kegiatan mengajar sehari-hari. Ruangannya sederhana sekali. Aku merasa tidak perlu membawa kotak pensilku yang berisi banyak board marker karena memang papan tulisnya masih dengan papan tulis yang menggunakan kapur, ketika aku menghapus, papan tulisnya berderit kencang karena penghapus yang bisa dipakai sudah ga ada sabutnya lagi, tidak ada pencahayaan yang cukup karena lampunya hanya ada beberapa, itupun ada beberapa yang sudah hilang, vating lampunya pun ada yang rusak, tidak ada kipas angin atau apalah yang bisa menyejukkan ruangan. Hehehehhe..benar-benar sederhana..


Namun aku belajar banyak disana, muridnya tidak separah yang aku bayangkan..
mereka pada dasarnya cerdas dan kritis namun terkadang masih malu bertanya, mereka juga sangat ramah dan welcome dengan orang baru. Aku juga belajar menjadi sesosok guru yang bisa mengajar dengan baik dengan kondisi bagaimanapun dan seperti apapun. Karena guru memang harus begitu..
Guru pada zaman dahulu malah lebih menderita, mungkin banyak dari mereka yang menderita gangguan pernapasan ketika banyak debu kapur mereka hirup.. hehehhehe..

Tapi bagaimanapun juga sekolah itu sebuah anugerah yang besar, banyak orang yang ga bisa sekolah.
Kondisi apapun jangan pernah membuat semanagat belajar berkurang..

Bahkan tunjukkan kalau dengan kondisi yang terkadang tidak memungkinkan, mereka berhasil..


Semangat ya buat muridku yang disana.. ^^,

No comments:

Post a Comment

                  Sedih rasanya..                                Setelah keluar dari CEC Klaten, aku mendaftar di sebuah sekolah kecil ...